Senin, 24 April 2017

FAKTOR PSIKOLOGI YANG MENYEBABKAN CEDERA




FAKTOR PSIKOLOGI YANG MENYEBABKAN CEDERA

Psikologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia, baik sebagai individu maupun dalam hubungannya dengan lingkungannya. Tingkah laku tersebut berupa tingkah laku yang tampak maupun tidak tampak, tingkah laku yang disadari maupun yang tidak disadari.
  Olahraga adalah suatu bentuk aktivitas fisik yang terencana dan terstruktur yang melibatkan gerakan tubuh berulang-ulang dan ditujukan untuk meningkatkan kebugaran jasmani.                       
Psikologi olahraga merupakan bidang dalam psikologi yang memanfaatkan prinsip, konsep, fakta, dan metode psikologi dan menerapkannya dalam aspek-aspek aktivitas olahraga seperti aspek belajar, keterampilan, penampilan, pelatihan, dan pengembangan. Jadi psikologi olahraga secara umum merupakan : Ilmu yang mempelajari tingkah laku para pelaku dan kejiwaan dalam olahraga baik atlet, official, pelatih, dan juga supporter sekaligus memahami aspek-aspek psikologi melalui olahraga tersebut.
Faktor Psikis
Faktor psikologis ternyata berpengaruh terhadap tingkat cedera yang diderita oleh atlet, hal ini terbukti telah diteliti oleh Rotela dan teman-teman bahwa faktor kepribadian, level stress dan beberapa sikap tertentu adalah penyebab terjadinya cidera. Adapun faktor-faktor tersebut antara lain adalah:
1.  Faktor kepribadian
Faktor kepribadian adalah faktor yang pertama yang berhubungan dengan cidera atlet. Para peneliti ingin memahami apakah konsep diri, pengaruh dari dalam maupun luar dan berpikir keras sangat berhubungan dengan cidera tersebut. Atlet yang mempunyai konsep diri yang rendah mudah terkenacidera dibandingkan dengan atlet yang  mempunyai konsep diri tinggi. Penelitian terbaru menunjukan bahwa faktor pesonaliti seperti optimisme, percaya diri, ketabahan dan kecemasan berperan dalam cidera atlet.
2. Tingkat stress
        Telah diidentifikasi bahwa tingkat stresberperan penting dalam cidera atlet. Penelitian telahmembuktikan hubungan antara tekanan hidup dan tingkat cidera. Pengukuran tingkat stres ini di fokuskan pada perubahan hidup,contohnya putus cinta, pindah ke kota baru, atau perubahan status ekonomi. Secara keseluruhan bukti-bukti menunjukan bahwa atlet dengan pengalaman tekanan hidup yang lebih tinggi lebih sering cidera dibandingkan atlet dengan tekanan hidup yang lebih rendah. Sebaiknya para instruktur profesional sebaiknya memahami perubahan ini, secara hati-hati memonitor dan memberikan pelatihan hidup secara psikologis. Penelitian juga telah mengidentifikasi stress muncul pada atlet ketika cidera dan ketika di rehabiitasi saat cidera. Contohnya kurangnya perhatian dan terisolasi. Teknik managemen pelatihan stress tidak hanya menolong atlet dan instrutur untuk lebih efektif secara penampilan tetapi juga mungkin menghindari resiko mereka terkena cidera dan sakit.

1.        Hubungan Stres dengan cedera

Stress juga dapat meyebabkann cedera karena penyebab utama stress adalah terlalu memikirkan sesuatu yang berkepanjangan dan berpendapat tidak adanya solusi sehingga dia berlarut dalam masalah tersebut. Dalam olahraga cedera yang dialami oleh atlit salah satunnya stress  kerena ada atlit yang memang bertanding tetapi dia mempunyai komitmenn harus menang akan tetapi hal tersebut tidak terwujud yang akhirnya atlit tersebut down dan akhirnnya stress.
Ada dua teori yang akan menjelaskan hubungan antara stress dan cidera.
1. Perhatian yang tergangu
Satu hal yang pasti adalah bahwa stress akan mengangu perhatian seorang atlit dengan kurangnya perhatian akan sekelilingnya. Contohnya seorang pemain quaterback dalam American football mengalami tekanan stress yang tinggi akan berkemungkinan cidera karena dia tidak melihat pemain bertahan lainnya berlari di depannya sehingga kemungkinan besar akan terjadi benturan dengan pemain belakang lawan. Ketika tingkatan stressnya lebih rendah, seorang quarterback akan mempunyai fokus perhatian akan lapangan maupun musuh disekelilingnya sehingga dapat mengurangi benturan dari pemain bertahan lawan dan mengurangi resiko cidera.
2. Ketegangan Otot
Stress tingkat tinggi dapat timbul bersamaan dengan ketegangan otot yang bertentangan dengan kondisi normal dan meningkatkan peluang untuk cidera. Guru dan pelatih yang mempunyai seorang atlet yang kehidupannya mengalami perubahan (seorang siswa yang orang tuanya bercerai), sebaiknya sangat memperhatikan sikap atlit tersebut , jika menunjukan tanda-tanda ketegangan otot atau sulit untuk fokus ketika tampil, adalah hal yang bijak diberikan pelatihan stress.
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat memengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisiologis dan psikologis

     Faktor fisiologis
Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam. Pertama, keadaan tonus jasmani. Keadaan tonus jasmani pada umumnya sangat memengaruhi aktivitas belajar seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terha¬dap kegiatan belajar individu. Sebalikrtya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Oleh karena keadaan tonus jasmani sangat memengaruhi proses belajar, maka perlu ada usaha untuk menjaga kesehatan jasmani. Cara untuk menjaga kesehatan Jasmani antara lain adalah: 1) menjaga pola makan yang sehat dengan memerhatikan nutrisi yang masuk ke dalam tubuh, karena kekurangan gizi atau nutrisi akan mengakibatkan tubuh cepat lelah, lesu, dan mengantuk, sehingga tidak ada gairah untuk belajar; 2) rajin berolahraga agar tubuh selalu bugat dan sehat; 3) istirahat yang cukup dan sehat.
b.       Faktor psikologis
Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat memengaruhi proses belajar. Bebera¬pa faktor psikologis yang utama memengaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap, dan bakat.
1.      Motivasi
Motivasi adalah salah satu faktor yang memengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa. Motivasilah yang mendo¬rong siswa inginn melakukan kegiatan belajar. Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat (Slavin, 1994).
2.      Minat
Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (Syah, 2003), minat bukanlah istilah yang populer dalam psikologi disebabkan ketergantungannya terhadap berbagai faktor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan.
3.      Sikap
Dalam proses belajar, sikap individu dapat memeng¬aruhi keberhasilan proses belajarnya. Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang, peristiwa dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif (Syah, 2003).
4.      Bakat
Faktor psikologis lain yang memengaruhi proses belajar adalah bakat. Secara umum, bakat (aptitude) didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Syah, 2003).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar