FAKTOR
PSIKOLOGI YANG MENYEBABKAN CEDERA
Psikologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah
laku manusia, baik sebagai individu maupun dalam hubungannya dengan
lingkungannya. Tingkah laku tersebut berupa tingkah laku yang tampak maupun tidak
tampak, tingkah laku yang disadari maupun yang tidak disadari.
Olahraga adalah suatu bentuk aktivitas fisik yang terencana
dan terstruktur yang melibatkan gerakan tubuh berulang-ulang dan ditujukan
untuk meningkatkan kebugaran jasmani.
Psikologi olahraga
merupakan bidang dalam psikologi yang memanfaatkan prinsip, konsep, fakta, dan
metode psikologi dan menerapkannya dalam aspek-aspek aktivitas olahraga seperti
aspek belajar, keterampilan, penampilan, pelatihan, dan pengembangan. Jadi
psikologi olahraga secara umum merupakan : Ilmu yang mempelajari tingkah laku
para pelaku dan kejiwaan dalam olahraga baik atlet, official, pelatih, dan juga
supporter sekaligus memahami aspek-aspek psikologi melalui olahraga tersebut.
Faktor Psikis
Faktor psikologis ternyata
berpengaruh terhadap tingkat cedera yang diderita oleh atlet, hal ini terbukti
telah diteliti oleh Rotela dan teman-teman bahwa faktor
kepribadian, level stress dan beberapa sikap tertentu adalah penyebab
terjadinya cidera. Adapun faktor-faktor tersebut antara lain adalah:
1. Faktor
kepribadian
Faktor kepribadian
adalah faktor yang pertama yang berhubungan dengan cidera atlet. Para
peneliti ingin memahami apakah konsep diri, pengaruh dari
dalam maupun luar dan berpikir keras sangat berhubungan dengan
cidera tersebut. Atlet yang mempunyai konsep diri yang rendah mudah
terkenacidera dibandingkan dengan atlet yang mempunyai konsep
diri tinggi. Penelitian terbaru menunjukan bahwa faktor pesonaliti seperti
optimisme, percaya diri, ketabahan dan kecemasan berperan dalam cidera atlet.
2. Tingkat stress
Telah
diidentifikasi bahwa tingkat stresberperan penting dalam cidera atlet.
Penelitian telahmembuktikan hubungan antara tekanan hidup dan tingkat cidera.
Pengukuran tingkat stres ini di fokuskan pada perubahan hidup,contohnya putus
cinta, pindah ke kota baru, atau perubahan status ekonomi. Secara keseluruhan
bukti-bukti menunjukan bahwa atlet dengan pengalaman tekanan hidup yang lebih
tinggi lebih sering cidera dibandingkan atlet dengan tekanan hidup yang lebih
rendah. Sebaiknya para instruktur profesional sebaiknya memahami perubahan ini,
secara hati-hati memonitor dan memberikan pelatihan hidup secara
psikologis. Penelitian juga telah mengidentifikasi stress muncul pada
atlet ketika cidera dan ketika di rehabiitasi saat cidera. Contohnya kurangnya
perhatian dan terisolasi. Teknik managemen pelatihan stress tidak
hanya menolong atlet dan instrutur untuk lebih efektif secara
penampilan tetapi juga mungkin menghindari resiko mereka terkena cidera
dan sakit.
1.
Hubungan
Stres dengan cedera
Stress juga dapat meyebabkann cedera
karena penyebab utama stress adalah terlalu memikirkan sesuatu yang
berkepanjangan dan berpendapat tidak adanya solusi sehingga dia berlarut dalam
masalah tersebut. Dalam olahraga cedera yang dialami oleh atlit salah satunnya
stress kerena ada atlit yang memang
bertanding tetapi dia mempunyai komitmenn harus menang akan tetapi hal tersebut
tidak terwujud yang akhirnya atlit tersebut down dan akhirnnya stress.
Ada dua teori yang akan menjelaskan
hubungan antara stress dan cidera.
1. Perhatian
yang tergangu
Satu hal yang pasti adalah bahwa
stress akan mengangu perhatian seorang atlit dengan kurangnya
perhatian akan
sekelilingnya. Contohnya seorang pemain quaterback dalam American football mengalami tekanan stress yang tinggi akan
berkemungkinan cidera karena dia tidak melihat pemain bertahan lainnya berlari di depannya sehingga
kemungkinan besar akan terjadi benturan dengan
pemain belakang lawan. Ketika tingkatan stressnya lebih rendah, seorang
quarterback akan mempunyai fokus perhatian akan lapangan maupun musuh disekelilingnya sehingga dapat mengurangi
benturan dari pemain bertahan lawan dan mengurangi resiko cidera.
2. Ketegangan Otot
Stress tingkat tinggi dapat timbul
bersamaan dengan ketegangan otot yang bertentangan dengan kondisi normal dan
meningkatkan peluang untuk
cidera. Guru dan pelatih yang mempunyai seorang atlet yang
kehidupannya mengalami perubahan (seorang siswa yang orang tuanya bercerai), sebaiknya
sangat memperhatikan sikap atlit tersebut , jika menunjukan tanda-tanda
ketegangan otot atau sulit untuk fokus ketika tampil, adalah hal yang bijak diberikan pelatihan stress.
Faktor
internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat
memengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor
fisiologis dan psikologis
Faktor fisiologis
Faktor-faktor
fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu.
Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam. Pertama, keadaan tonus jasmani.
Keadaan tonus jasmani pada umumnya sangat memengaruhi aktivitas belajar
seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif
terha¬dap kegiatan belajar individu. Sebalikrtya, kondisi fisik yang lemah atau
sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Oleh karena
keadaan tonus jasmani sangat memengaruhi proses belajar, maka perlu ada usaha
untuk menjaga kesehatan jasmani. Cara untuk menjaga kesehatan Jasmani antara
lain adalah: 1) menjaga pola makan yang sehat dengan memerhatikan nutrisi yang
masuk ke dalam tubuh, karena kekurangan gizi atau nutrisi akan mengakibatkan
tubuh cepat lelah, lesu, dan mengantuk, sehingga tidak ada gairah untuk
belajar; 2) rajin berolahraga agar tubuh selalu bugat dan sehat; 3) istirahat
yang cukup dan sehat.
b. Faktor psikologis
Faktor-faktor
psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat memengaruhi proses
belajar. Bebera¬pa faktor psikologis yang utama memengaruhi proses belajar
adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap, dan bakat.
1.
Motivasi
Motivasi
adalah salah satu faktor yang memengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa.
Motivasilah yang mendo¬rong siswa inginn melakukan kegiatan belajar. Para ahli
psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang
aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat (Slavin,
1994).
2.
Minat
Secara
sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi
atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (Syah, 2003), minat
bukanlah istilah yang populer dalam psikologi disebabkan ketergantungannya
terhadap berbagai faktor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian,
keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan.
3.
Sikap
Dalam proses
belajar, sikap individu dapat memeng¬aruhi keberhasilan proses belajarnya.
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk
mereaksi atau merespons dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang,
peristiwa dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif (Syah, 2003).
4.
Bakat
Faktor
psikologis lain yang memengaruhi proses belajar adalah bakat. Secara umum, bakat
(aptitude) didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang
untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Syah, 2003).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar